Happy Birthday

karya : imutt

Suara bising langkah kaki terdengar memekikkan telinga Sasha Aurelia. Gadis yang baru duduk di kelas 1 SMA itu melirik dengan perasaan sebal melewati jendela kelasnya, berusaha mencari tahu sumber perkara yang membuat banyak cewek sepertinya—rela berkompetisi dengan berlari-larian.

“Jodi!!!”



Pekikan yang lebih dahsyat dari sekedar tapak kaki para cewek yang di mabuk asmara. Sasha menatap jengkel ke arah cewek-cewek sekolahnya yang terlalu berlebihan mengagumi sosok Jodi Graha.

“Gak ikutan, Sha?”

“Hah? Maksud lo?” ujar Sasha kepada Aluna Cantika, sahabat karibnya.

“Gue kira lo bakal ikutan ngejar-ngejar Jodi,” ungkap Aluna jahil. Sasha mendelik ke arahnya selama beberapa saat.

“No boy!” katanya tegas. “Gue gak suka sama cowok populer kaya Jodi. Tebar pesona banget.”

Aluna tertawa melihat sahabatnya menjawab ungkapannya dengan penuh emosi. Padahal ia tak lebih dari sekedar meledek.

“Ke kantin?”

“Yuk.”

***

“Valentine sebentar lagi!”

“Lo mau ngasih cokelat ke cowok lo?”

“Jaman ya? Mending gue kasih Jodi. Cowok gue gak bakal tahu ini. Kan beda sekolah.”

Sasha dan Aluna saling berpandangan. Obrolan gila teman-teman seangkatannya yang menjadi fans berat Jodi tidak ketulungan bagi mereka. Namun pandangan mereka tidak menafsirkan sesuatu yang lebih parah karena tingkah para fans Jodi telah semakin menjadi-jadi tatkala idola mereka telah datang ke kantin sekolah.

“Jodi!!!” teriak para cewek seraya berebut mendekat ke arah Jodi lebih dulu.

Sasha berdiri dengan tampang kesal mendengar pekikan di mana-mana yang memanggil nama Jodi. “Gue gak jadi makan, Luna! Kuping gue bisa budek di sini. Teriakin nama cowok aja udah kaya teriakan minta sembako.”

Sasha segera berjalan pergi dengan tergesa-gesa. Saking tergesa-gesanya ia berjalan, hal yang ia tidak pernah ia duga justru terjadi. Ia telah menyenggol Jodi tanpa sengaja. Mata-mata pembunuh telah melahapnya bulat-bulat di tengah kerumunan para cewek.

“Sori,” kata Jodi pelan.

Sasha menangkap pesona Jodi di sana. Jelas sekali Sasha yang melakukan kesalahan padanya. Sasha yang menabraknya tanpa sengaja dan Sasha sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda untuk meminta maaf.

“Gue maafin kok,” kata Sasha tanpa beban. Ia berpura-pura tidak mendengar cemoohan cewek-cewek di belakangnya yang merasa cemburu.

Dengan gerakan santai tanpa dosa, Sasha pergi meninggalkan Jodi yang terpaku di sana bersama puluhan fans-nya. Sasha seakan tidak peduli pada cewek-cewek yang mungkin akan menerornya.

***

“Surat ke enam,” kata Aluna pada Sasha dengan raut wajah bosan.

“Apa isinya?” tanya Sasha tanpa minat yang berarti.

Aluna ragu untuk membacanya. Dengan wajah tak enak, ia membaca surat tersebut dengan suara pelan, “Jelas lo gak punya cowok. Sikap kasar lo cocok untuk di andingkan dengan tukang pel-nya Jodi.”

Sasha marah. Ia ingin mengamuk kepada si penulis surat kaleng untuknya walaupun tak tahu siapa orangnya. Sejak kejadian yang di alaminya di kantin kemarin, surat kaleng untuknya datang cukup banyak. Semuanya mengejek. Bahkan ada sedikit teman sekelasnya yang mendiamkannya hanya untuk hal sepele semacam itu.

“Woi, ke lapangan!” teriak Andi, ketua kelas di sana. Sasha dan Aluna segera mengikutinya ke lapangan seperti teman-temannya yang lain.

“Sial banget gue,” kata Sasha. Ia telah melihat Jodi di lapangan yang sama dengannya. Cowok itu mejeng di sana bersama teman-teman sekelasnya di saat pelajaran kelasnya sedang kosong.

Tidak ada kejadian yang lebih buruk bagi Sasha melainkan kejadian hari itu. Ia mungkin akan mendapatkan dua puluh surat kaleng lagi karena pada praktik volinya hari itu, ia terlampau kuat melempar bola voli hingga meluncur panas ke arah kepala Jodi.

“Lo kenapa duduk di sana?!” tanya Sasha marah. “Harusnya kalo mau nongkrong, di kantin atau apalah yang lebih pantes.”

“Sasha,” tegur Aluna pelan.

Jodi berdiri dari duduknya. Ia menenangkan teman-temannya yang hendak meninju Sasha meskipun Sasha adalah perempuan.

“Setidaknya kata maaf lebih baik buat gue dan lo,” kata Jodi. “Gue yang jadi korban kenapa lo yang ngehakimin gue?”

“Oh, jadi gue tersangkanya?” tanya Sasha semakin panas. “Salah lo dong kenapa pake ke lapangan segala.”

“Terserah lo deh,” kata Jodi malas. Cowok itu pergi dari hadapan Sasha seakan mengalah darinya.

“Keterlaluan tau, Sha!” kata Aluna setelah semua teman Jodi ikut pergi. “Kan lo yang salah.”

“Kalo dia bukan Jodi, gue mau aja minta maaf,” kata Sasha yang Aluna tidak tau kebenaran ucapannya. “Karena dia banyak dapat surat penggemar—ya, sekali-kalilah ada anak kaya gue yang benci ama dia. Spektakuler pastinya, Luna!”

“Dasar gila lo,” gumam Aluna seraya tertawa.

***

“Lo lagi,” kata Jodi bosan.

Sasha cemberut ke arahnya. Keduanya sama sekali tidak menyangka akan bertemu di ruang Tata Usaha pada hari yang berbeda.

“Kamu isi formulir ini dulu untuk mendapatkan beasiswa itu, Jodi!” kata seorang staf Tata Usaha. Sasha berusaha menguping pembicaraan Jodi dengan staf tersebut. Ternyata Jodi lebih dari sekedar populer mungkin. Jika Jodi mendapatkan beasiswa, itu menandakan ia adalah cowok yang pintar. Ya, jika beasiswa yang ia dapatkan bukan beasiswa murid tak mampu.

“Kamu lahir tanggal 14 Februari?” tanya staf TU penasaran melihat data yang Jodi isi pada kolum tanggal lahir.

“Iya, tapi ini rahasia,” katanya. “Cewek-cewek gak boleh ada yang tau.”

“Pada tau juga gak bakal ngasih lo kado kali,” potong Sasha memulai perkara secara terang-terangan.

“Iri, Neng?” tanya Jodi. “Nanti gue bagi deh cokelat yang gue dapat dari cewek-cewek. Tiga juga boleh.”

“Amit dah,” balas Sasha kesal dan kemudian pergi setelah masalahnya selesai di ruangan itu.

***

Dapur Aluna telah dipenuhi dengan aroma cokelat yang lezat. Sasha tengah membuat cokelat di dapur tersebut dengan arahan guru tata boganya, Aluna Cantika.

“Mau cetakan apa, Sha?” tanya Aluna menawarkan lima buah cetakan bervariasi. “Yang bentuk hati?”

“Gue kan gak mau ngasih cowok,” kata Sasha pelan. “Cetakan itu buat lo aja kali. Gue kan gak punya cowok.”

“Gak berarti lo gak laku, Sha!” kata Aluna menjelaskan, menangkap kesan pesimis di wajah Sasha. “Lupain aja tuh surat-surat eror. Lo oke kok. Cantik dan gak tomboi kecuali kalo lagi ribut ma Jodi.”

Sasha nyengir. “Pasti tuh cowok dapet cokelat banyak banget. Trus nanti dia kegirangan gitu karena bakal panen cokelat. Dia bilang mau bagi gue tiga, padahal cuma mau pamer.”

“Itu sebel apa jealous?” tanya Aluna.

“Ih, Aluna,” kata Sasha gemas. “Dia tuh sombong banget. Masa dia nyombongin diri gitu ke gue pas di TU. Gak mungkinlah gue suka apalagi jealous ama dia.”

“Yakin gak suka sama dia?” ledek Aluna.

“Never!!”

***

Pagi yang cerah tidak mencerahkan hati Sasha. Hari yang telah berganti patut ia pertanyakan. Ia tidak lagi menerima surat kaleng dari para penggemar Jodi. Mungkin mereka semua tengah sibuk menyiapkan cokelat untuk Valentine besok. Namun sebuah bungkusan cokelat rapi yang tergeletak di mejanya lebih menyeramkan dari surat-surat kaleng yang sering ia dapatkan.

“Cokelat?” ujar Aluna. “Dari siapa, Sha? Ini kan bukan valentine.”

Sasha mengangkat bahunya.

“Secret admirer lo, nih,” kata Aluna meledek. “Wah wah. Seru banget!”

“Teror nih,” kata Sasha secara spontan. “Pasti gue mau diracunin. Gila, ya! Cuman gara-gara Jodi doang gue di giniin. Parah tuh cewek-cewek buas.”

“Belum tentu juga, Sha!” kata Aluna menenangkan. “Bisa aja pengagum lo. Lo tuh manis kali. Daripada penggemar Jodi yang neror lo itu.”

“Dan itu dari Jodi, Sha! Bukan dari fansnya yang mau neror lo,” potong Andi Sang Ketua Kelas. “Gue liat kok pas dia masuk dan naro itu.”

Sasha termenung tanpa memandang Aluna yang mengerlingnya tajam.

***

Sebuah kado yang terbungkus cantik telah siap di hadapan Sasha. Dengan ragu, Sasha menulis beberapa patah kata di kartu ucapan yang telah ia siapkan. Hari itu adalah hari valentine. Dan Sasha baru saja memutuskan sesuatu yang gila. Ia akan menyerahkan sebuah cokelat kepada seorang cowok! Padahal di hari-hari sebelumnya ia adalah gadis yang anti mengirim cokelat ke seorang cowok di hari valentine.

“Batal aja, ya, Luna?” kata Sasha takut.

“Enak aja,” kata Aluna setengah kesal. “Gue udah bantu lo buat cokelat spesial. Lo harus nyerahin cokelatnya. Bilang aja balasan dari cokelat kemarin. Gampang, kan?”

“Malu,” gumam Sasha seperti anak manja. Aluna mendorong Sasha untuk meletakkan kadonya di tumpukan bungkusan cokelat untuk Jodi di kelasnya pagi-pagi.

“Selesai, kan?” kata Aluna. “Ayo balik!”

***

Istirahat pertama telah tiba. Sasha tak mau keluar kelas sama sekali. Ia takut jika bertemu dengan Jodi di tengah jalan. Keputusannya untuk memberikan cokelat kepada cowok itu benar-benar memalukan baginya.

“Sasha, ke kantin yuk!” ajak Aluna di jam istirahat. Sasha menggeleng tak mau.

“Takut ketemu gue?”

Sasha menoleh ke ambang pintu. Jodi Graha telah berdiri di sana dengan sebuah kado milik Sasha yang telah dibuka.

Kenapa dia bawa kado itu? Padahal Sasha sama sekali gak mencantumkan namanya di sana. Kenapa Jodi tau—atau justru tidak tau? batin Sasha tak keruan.

“Kado terindah,” kata Jodi pelan namun tegas. “Makasih.”

“Itu bukan dari gue,” kata Sasha bohong. “Buat apa ngirim cokelat ke lo?”

Jodi tersenyum manis. “Happy Birthday,” katanya pelan. Sasha terdiam karena mengerti. “Hanya ucapan kado ini yang beda. Semua cewek menuliskan kata ‘happy valentine’ buat gue. Tapi nggak dengan kado ini. Ini kado yang luar biasa buat gue.”

“Mungkin itu dari staf kemarin,” dalih Sasha malu.

Jodi menggelengkan kepalanya dengan penuh keyakinan. “Gue tau ini dari lo,” katanya tegas. “Gue tau karena hanya lo yang tau tentang itu. Dan—kado ini benar-benar luar biasa di valentine ini.”

“Cokelatnya dibuatin Aluna,” jelas Sasha. “Gue gak pandai buat cokelat.”

“Bukan tentang cokelatnya, Sha,” kata Jodi pelan menjelaskan. “Tapi karena lo. Ini cokelat dari Sasha Aurelia. Ini lebih dari sekedar cokelat buat gue. Lo adalah cewek pertama yang gue pandang berbeda dari mereka. Dan lo adalah cewek pertama yang tau kapan ulang tahun gue. Dan gue gak akan lupa bahwa lo lebih mementingkan ulang tahun gue dibandingkan valentine di kartu ucapan itu. Lebih dari semua yang gue ucapin, lo adalah cewek yang gue sayang. Sha, mau gak lo jadi cewek gue?”

Sasha terdiam sesaat.

“Gue gak cantik,” kata Sasha. “Dan gak ada alasan buat gue untuk jadi cewek lo.”

Jodi menggeleng. “Ada,” katanya tegas. “Sebelum lo berurusan dengan gue, gue udah tau lo adalah Sasha Aurelia. Tanpa lo sadari, gue selalu memperhatikan lo. Dan dengan kado seperti itu, bodohnya gue kalo gak jujur sama lo tentang perasaan gue.”

Sasha terdiam. Aluna menyarankan Sasha untuk menerima cinta Jodi. Tetapi Sasha tak mau secepat itu.

“Kalo gue bilang gue benci cowok populer?” tanya Sasha.

“Mulai besok kalo lo pengen gue tampil dekil gue akan turuti,” kata Jodi menggebu-gebu. “Sekarang gue mau tanya sama lo. Lupakan kepopuleran dan lihat gue apa adanya! Apa perasaan lo ke gue?”

Dengan suara sangat pelan, Sasha menjawab. “Gue suka.”

Jodi tersenyum. “Mau gak lo jadi cewek gue, Sasha?”

Sasha mengangguk pelan. “Gue mau,” katanya. “Mungkin—tanpa sadar gue suka sama lo. Dan—maaf ya, dulu gue kasar banget sama lo.”

“Gue maafin kok,” balas Jodi mengutip ucapan Sasha dulu kepadanya.
0 Responses

Lagu